Disebuah pagi, ada sebuah message dari seorang teman lama. Sudah hampir 20 tahun kami tidak bertemu. Kami dihubungkan kembali oleh jejaring pertemanan, fesbuk. Isi pesan singkatnya adalah “ lengko bengi ono pembukaan pameranku, lek sempat teko o yo…” ( nanti malam ada pembukaan pameranku, kalo sempat datang ya..).
Setelah itu kami berbalas sms, yang intinya aku menanyakan lokasi twmpat pamerannya.
Malamnya, aku dating bersama suami dan seorang teman ke tempat pameran yang sudah dijelaskan letaknya oleh temanku itu. Sebuah Galery yang terletak di jalan
Cukup banyak orang yang menghadiri acara itu.
Ketika acara pembukaan dimulai, seperti layaknya upacara pembukaan, ada beberapa acara sambutan. Ketika dia didaulat untuk memberikan sambutan, ternyata sambutannya sangat singkat yang isinya adalah ketidakpedeannya dengan karya2nya. Aku mendengar kerendahan hati dalam setiap ungkapan2nya.
Sebuah kejutan besar, ketika pintu gallery dibuka. Sebuah gambar sebuah seorang penari keris
Sebuah pertemuan yang singkat, tapi cukup membuat aku merangkum sebuah kesan, bahwa sebuah perjalanan telah mendewasakan seorang temanku, yang membuahkan sebuah kematangan dalam menyikapi hidup. Jiwa yang besar dan karya yang hebat bukan hasil dari bagaimana kita memblow-up diri kita dengan mengunggulkan diri kita kepada orang lain. Tapi justru kebersahajaan dan jiwa rendah diri ternyata adalah sisi lain dari sebuah pencapaian yang hebat. Tidak hanya karya nyata, karir dan kecemerlangan masa depan, yang tampil dari seorang LUKMAN BINTORO, tapi juga sebuah pribadi yang hebat di balik sikap rendah diri dan kebersahajaan. Teman, aku bangga padamu.
1 komentar:
wah... aku juga rendah hati loh... (mudah mudahan begitu...)-Hary Houdine
Posting Komentar