Selasa, 14 April 2009

Lukman Kembali

Disebuah pagi, ada sebuah message dari seorang teman lama. Sudah hampir 20 tahun kami tidak bertemu. Kami dihubungkan kembali oleh jejaring pertemanan, fesbuk. Isi pesan singkatnya adalah “ lengko bengi ono pembukaan pameranku, lek sempat teko o yo…” ( nanti malam ada pembukaan pameranku, kalo sempat datang ya..).

Setelah itu kami berbalas sms, yang intinya aku menanyakan lokasi twmpat pamerannya.

Malamnya, aku dating bersama suami dan seorang teman ke tempat pameran yang sudah dijelaskan letaknya oleh temanku itu. Sebuah Galery yang terletak di jalan kediri malang. Galery Mamipo. Ada sebuah banner di depan gallery bertulis “ Pameran Fotografi LUKMAN KEMBALI”

Cukup banyak orang yang menghadiri acara itu. Ada beberapa komunitas fotografi. Ada juga orang2 media massa. Yang sangat membuat aku kagum adalah, temanku menyambutku dengan sangat hangat. Dari segi fisik, tidak banyak yang berubah dr temanku itu. Gayanya masih sama. Ramah dan low profile bgt. Meskipun kami lama tidak bertemu, tapi serasa tiada jarak diantara kami. Dia mengenalkan aku dengan teman-temannya. Juga dengan istri dan kedua anaknya. Kami berbincang ringan. Dari sekian yang hadir, aku hanya melihat seorang teman yang aku kenal.

Ketika acara pembukaan dimulai, seperti layaknya upacara pembukaan, ada beberapa acara sambutan. Ketika dia didaulat untuk memberikan sambutan, ternyata sambutannya sangat singkat yang isinya adalah ketidakpedeannya dengan karya2nya. Aku mendengar kerendahan hati dalam setiap ungkapan2nya.

Sebuah kejutan besar, ketika pintu gallery dibuka. Sebuah gambar sebuah seorang penari keris Bali, terlihat sangat nyata. Sekilas terlihat seperti lukisan. Detail dan memikat. Sebuah awal pemandangan yang menakjubkan, yang kemudian dilanjutkan dengan berbagai foto dengan tema2 yang beragam. Sebagai orang yang awam tentang photography, aku hanya bisa berpendapat bahwa semua foto-foto yang ditampilkan dalam pameran itu sangat bagus. Banyak cerita yang mampu diungkapkan dari foto-foto itu.

Sebuah pertemuan yang singkat, tapi cukup membuat aku merangkum sebuah kesan, bahwa sebuah perjalanan telah mendewasakan seorang temanku, yang membuahkan sebuah kematangan dalam menyikapi hidup. Jiwa yang besar dan karya yang hebat bukan hasil dari bagaimana kita memblow-up diri kita dengan mengunggulkan diri kita kepada orang lain. Tapi justru kebersahajaan dan jiwa rendah diri ternyata adalah sisi lain dari sebuah pencapaian yang hebat. Tidak hanya karya nyata, karir dan kecemerlangan masa depan, yang tampil dari seorang LUKMAN BINTORO, tapi juga sebuah pribadi yang hebat di balik sikap rendah diri dan kebersahajaan. Teman, aku bangga padamu.

Malang, awal April 2009

1 komentar:

Har mengatakan...

wah... aku juga rendah hati loh... (mudah mudahan begitu...)-Hary Houdine